http://www.belantaraindonesia.org/2014/05/16-jenis-burung-elang-di-pulau-jawa.html#
Burung Elang seringkali dijadikan
simbol kegagahan. Itu antara lain karena Burung Elang adalah satu -
satunya burung yang mampu terbang lebih tinggi dari burung - burung
lainnya. Burung Elang ini adalah termasuk
burung pemangsa yang keberadaannya terdapat di banyak tempat di Bumi ini.
Salah satu tempat yang populer bagi
Burung Elang adalah Pulau Jawa. Dan berikut ini
16 jenis Burung Elang Di Pulau Jawa yang sebaiknya Anda ketahui.
1. Elang Hitam ( Ictinaetus malayensis / Indiana Black Eagle) Temnick, 1822
Burung berukuran sedang ( 70cm ), namun tampak besar ketika terbang. Cukup
dominan dalam hal bertarung sehingga memiliki survival rate yang cukup
tinggi. Tersebar di ketinggian 300 - 2000mdpl. Cukup umum dijumpai di
hutan primer hingga perkebunan, terkadang suka nyelonong masuk ke desa
pinggir hutan. Sesuai namanya, elang ini berwarna hitam kelam kecuali
pada individu muda yang memiliki corak menyerupai
Elang Brontok.
Ciri Khas
Sayap yang menjari khas, kokoh dan lebar membentang,
terlihat sangat besar dengan ekor yang panjang. Dewasa: Warna bulu hitam
pekat, kecuali pada ekor yang memilki corak agak kecoklatan. Remaja:
Dada bercorak garis seperti
Elang Brontok fase terang. Sera kuning, kaki
kuning, jari kelingking pendek tidak proporsional.
Kebiasaan
Terbang
soaring atau
gliding sambil terkadang mengeluarkan suara seperti
Elang - ular Bido. Cukup aktif di pagi sampai siang hari. Terkadang
terbang rendah di atas tajuk mencari mangsa berupa tikus, kadal, tupai,
ayam, burung kecil dan hewan - hewan kecil lainnya.
2. Elang Ular - Bido ( Spilornis cheela / Crested Sherpent - eagle ) Latham, 1790
Burung berukuran sedang ( 50 - 60cm ), berisik dan sangat mudah dijumpai di
semua ketinggian. Jenis burung yang adaptif, bisa ditemui di berbagai
macam habitat mulai dari hutan primer, hutan skunder, perkebunan, hutan
pantai, savanna dan terkadang sampai di perkampungan penduduk. Walaupun
namanya
Elang - ular, tapi tidak selalu memakan
ular.
Ciri Khas
Sayap yang
membusur membentuk huruf
“C”, membulat dan
memilki garis tebal berwarna putih di tepi sayap. Ekor pendek terkadang
mengipas. Bagian mata tidak berbulu berwarna kuning. Warna bulu dominan
coklat tua hingga hitam, tutul - tutul putih di dada dan perut.
Kebiasaan
Terbang soaring atau gliding di ketinggian atau terbang gerilya diantara
tajuk untuk berburu. Sangat suka bersuara, ribut dengan siulan
“
Kli - kliuw” atau “
kliiw”. Memangsa ular, tikus, kadal, bajing dan
hewan - hewan kecil lainnya.
3. Elang Jawa ( Spizaetus bartelsii / Javan Hawk - eagle ), Stresemann, 1924
Burung berukuran sedang ( 60cm ), sangat
terkenal akan kelangkaannya. Pada masa orde baru dijadikan sebagai
lambang negara Indonesia. Terlihat tampan dan gagah namun sebenarnya
pengecut dan sangat mudah dikalahkan oleh elang jenis lain. Menempati
hutan primer dan hutan skunder paa ketinggian 300mdpl. Sesuai namanya,
endemik di Jawa.
Banyak orang mengira bahwa burung Garuda
adalah spesies burung tersendiri. Sebenarnya, Elang Jawa adalah si
garuda itu sendiri. Dengan kata lain, Garuda, lambang negara yang kita
bangga - banggakan selama ini adalah sejenis Elang bernama Elang Jawa.
Ciri Khas
Sayap membulat dan menekuk sedikit ke atas ketika soaring. Kepala tidak
terlalu kecil, proporsional dengan ekornya yang agak lebih panjang dari Elang brontok.
Jambul khas di kepalanya terlihat saat hinggap. Warna dominan coklat
merah, dada berwarna putih bercoret melintang pada burung dewasa dan
cokelat polos pada burung muda. Beberapa ahli sering menyebutnya Nizaetus bartelsii.
Kebiasaan
Terbang soaring atau gliding di atas tajuk untuk berburu. Sangat jarang
bersuara, sangat pendiam dan anggun ketika terbang. Memangsa tikus,
kadal, tupai, bajing, ayam hutan dan hewan - hewan kecil lainnya.
4. Elang Brontok ( Spizaetus cirrhatus / Changeable Hawk - eagle ), Gmelin, 1788
Burung berukurans edang ( 60cm ), sangat
mirip dengan Elang Jawa. Sesuai namanya, memilki dua fase yakni fase
gelap dan fase terang. Lebih tersebar luas dari saudaranya dan menempati
habitat yang lebih beraneka - ragam. Memiliki banyak ras dan banyak
bentuk, ada yang berjambul, ada yang tidak. Ada yang bilang nama virus brontok terinspirasi dari nama burung ini.
Beberapa ahli memasukkannya dalam genus Nizaetus, ada juga yang menyendirikan ras S. cirrhatus limnaetus menjadi ras tersendiri.
Kebiasaan
Sayap membulat dan menekuk sedikit ke
atas, mirip dengan saudaranya Elang Jawa. Bedanya, ekor yang agak lebih
pendek, dua spot terang di sayap serta garis vertikal di bagian dada pada fase terang.
Fase terang: Bagian bawah putih bercorak vertikal hitam mirip Elang hitam muda dan Elang Jawa. Bagian atas coklat pucat.
Fase peralihan: Bagian bawah keabu - abuan, bagian atas sama dengan fase terang.
Fase gelap: Berwarna hitam pekat mirip Elang Hitam dewasa, tapi tidak memiliki warna kuning di paruhnya.
5. Elang Laut Perut Putih ( Halieestus leucogaster / White - bellied sea Eagle ) Gmelin, 1788
Elang yang sangat spektakuler, berukuran sangat besar ( 70 - 85 cm ).
Dengan ukurannya bisa dibilang sebagai raja lautan. Tersebar di pesisir
pantai dan terkadang masuk ke hutan dataran rendah. Ada catatan hidup di
dataran tinggi.
Ciri Khas
Ukuran yang sangat besar, sayap kokoh panjang dan lebar, kepala panjang serta
ekor sangat pendek membentuk baji.
Warna dominan putih, sayap membentuk pola hitam bagian atas dan
hitam - putih di bagian bawah. Juvenile: warna putih digantikan warna
coklat agak pucat.
Kebiasaan
Terbang rendah di atas air lalu menyambar mangsanya, berupa ikan atau terkadang burung lain. Bersura nyaring “
ah..ah””
6. Elang Tiram ( Pandion halieestus / Osprey ) Linneus, 1758.
Burung berukuran sedang ( 60cm ). Tidak termasuk dalam family acciptridae,
tapi dipisahkan dalam family tersendiri yaitu
Pandinidae. Sayangnya
dalam Bahasa Indonesia namanya tetap disebut “
Elang”. Tersebar di
pesisir pantai.
Ciri Khas
Warna hitam - putih yang mencolok, topeng berwarna hitam serta bentuk sayap yang khas, panjang dan agak meruncing.
Kebiasaan
Terbang menangkap mangsa di air atau di udara. Suka bertengger di tiang - tiang dermaga atau di atas kapal
7. Elang Ular Jari Pendek. ( Circaetus gallicus / Short - toed Snake - eagle ) Gmelin, 1788
Berukuran besar ( 65 cm ), kekar dan pucat. Dalam Buku “
Panduan Lapangan:
Burung di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Bali” oleh
McKinnon dijelaskan
burung ini adalah pengunjung musim dingin yang langka, sangat jarang
terlihat. Pertemuan terbanyak ada di
TN. Baluran di Situbondo, Jawa
Timur.
Ciri Khas
Tubuh kekar, bagian atas coklat keabu - abuan, bagian bawah putih dengan
coretan gelap, tenggorokan dan dada coklat. Terdapat garis - garis
melintang yang samar pada perut dan empat garis melintang yang samar
pada ekor. Remaja berwarna lebih pucat dari dewasa. Pada waktu terbang,
sayap terlihat lebar dan panjang, dengan garis panjang mencolok pada
penutup sayap dan bulu terbang. Iris kuning, paruh hitam dengan sera abu - abu, kaki kehijauan.
Kebiasaan
Menghuni pinggir hutan dan semak sekunder. Terbang melingkar dan
meluncur dengan sayap yang cibentangkan lurus dan datar. Seperti
alap - alap raksasa, sering melayang - layang diam sambil mengepakkan
sayapnya.
8. Elang Tikus ( Elanus caeraleus / Black - winged Kite ) Desfontaines, 1789
Berukuran sedang ( 30 - 45cm ) dengan cara terbang yang unik. Sekilas mirip
dengan alap - alap, namun sayapnya lebih membulat dan warna matanya yang
terang. Tersebar di dataran rendah dan perbukitan hingga ketinggian
2000mdpl. Termasuk dalam golongan “
kite” yang berarti suka melakukan
terbang hovering yang jarang bisa dilakukan oleh jenis lainnya.
Ciri Khas
Memiliki bercak hitam pada bahu, bulu primer hitam panjang khas.
Dewasa: warna mahkota, punggung, sayap pelindung, dan bagian pangkal
ekor abu - abu; muka, leher, dan bagian bawah putih. Remaja: bercorak
warna coklat.
Pada saat mencari mangsa, suka melayang - layang diam
sambil mengepak - ngepakkan sayap. Iris merah, paruh hitam dengan sera
kuning, serta kaki kuning. Iris merah, paruh hitam dengan sera kuning, kaki kuning.
Kebiasaan
Bertengger pada pohon mati atau tiang telepon. Melayang - layang di atas
mangsanya seperti diuraikan di atas. Suka berburu di daerah yang kering
terbuka dengan pohon yang terpencar - pencar. Memangsa
Belalang, ular,
tikus atau burung yang masih muda.
9. Elang Bondhol ( Haliastur indus / Brahminy Kite ) Boddaert, 1783
Berukuran sedang ( 45cm ). Cukup terkenal sebagai maskot kota Jakarta,
walaupun populasinya sangat mengenaskan di kotanya. Anda bisa
mengenalinya dengan melihat
logo busway. Sekilas mirip dengan Elang
Botak dari Amerika, tapi ukurannya jelas jauh lebih kecil. Termasuk
dalam golongan “Kite” yang berarti memilki keahlian terbang hovering
yang jarang dimilki jenis lainnya.
Ciri Khas
Berukuran sedang ( 45 cm ), berwarna putih dan coklat pirang. Dewasa:
kepala, leher, dan dada putih; sayap, punggung, ekor, dan perut coklat
terang, terlihat kontras dengan bulu primer yang hitam. Seluruh tubuh
renaja kecoklatan dengan coretan pada dada.
Warna berubah menjadi putih
keabu - abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada
tahun ketiga. Perbedaan antara burung muda dengan Elang Paria pada
ujung ekor membulat dan bukannya menggarpu. Iris coklat, paruh dan sera abu - abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram.
Kebiasaan
Biasanya sendirian, tetapi di daerah yang makanannya melimpah dapat
membentuk kelompok sampai 35 individu. Ketika berada di sekitar sarang,
sesekali memperlihatkan perilaku terbang naik dengan cepat diselingi
gerakan menggantung di udara, kemudian menukik tajam dengan sayap
terlipat dan dilakukan secara berulang - ulang.
Terbang rendah di atas
permukaan air untuk berburu makanan, tetapi terkadang juga menunggu
mangsa sambil bertengger di pohon dekat perairan, dan sesekali terlihat
berjalan di permukaan tanah mencari semut dan rayap. Menyerang
burung
camar, dara laut, burung air besar, dan burung pemangsa lain yang lebih
kecil untuk mencuri makanan.
Makanannya sangat bervariasi. Di perairan diantaranya memakan kepiting,
udang, dan ikan; juga memakan sampah dan ikan sisa tangkapan nelayan.
Di daratan memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil.
10. Elang Alap Cina ( Accipiter soloensis / Chinese Goshawk ) Horsfield, 1821
Burung pemangsa ukuran sedang ( 33cm ) dan merupakan pengunjung tetap di Pulau Jawa. Cukup sering berkumpul bersama
Elang - alap Jepang pada saat
migrasi. Cukup mudah dibedakan dari saudaranya.
Ciri Khas
Warna dewasa, tubuh bagian atas abu-abu biru dengan ujung putih yang
jarang pada bulu punggung dan garis - garis melintang samar pada bulu
ekor terluar. Tubuh bagian bawah putih terdapat sapuan merah karat yang
samar pada dada dan sisi tubuh dengan sedikit garis abu - abu pada paha.
Sayap bawahnya sangat khas seluruhnya terlihat putih kecuali ujung bulu primer yang hitam.
Remaja tubuh bagian atas coklat, tubuh bagian bawah putih terdapat
garis - garis gelap pada ekor, coretan pada tenggorokan serta garis-garis
pada dada dan paha. Paruh abu - abu dengan ujung hitam , sera dan kaki jingga, iris merah atau coklat.
Kebiasaan
Mengunjungi daerah terbuka sampai pada ketinggian 900 mdpl pada musim
dingin di seluruh Sunda Besar. Setiap Oktober melewati
Puncak ( Bogor )
dan Bali Barat dalam jumlah besar. Biasanya berburu di tenggeran, tetapi
kadang - kadang terbang melingkar di atas, dan menerkam mangsanya dari
tanah.
11. Elang Alap Jepang ( Accipiter gularis / Japanese Sparrowhawk ) Temminck And Schlegel, 1844
Raptor migrant dari belahan Bumi utara, bertamu ke Indonesia bulan
September - Desember. Burung yang cukup atraktif, lebih gesit dan lebih
lincah dari 2 saudara kembarnya Elang - alap besra dan Elang - alap
Jambul. Ukurannya juga paling kecil ( 27 cm ) dibandingkan 2 saudaranya.
Sering juga disebut Elang - alap
Nippon.
Ciri Khas
Jantan dewasa: tubuh bagian atas abu - abu, ekor abu - abu dengan
beberapa
garis melingkar gelap, dada dan perut merah karat pucat dengan setrip
hitam sangat tipis di tengah dagu, setrip kumis tidak jelas. Betina:
tubuh bagian atas coklat ( bukan abu - abu ), bagian bawah tanpa warna
karat, bergaris - garis coklat melintang rapat. Dada remaja: lebih
banyak
coretan daripada garis - garis melintang dan lebih merah karat. Iris
kuning sampai merah, paruh biru abu - abu dengan ujung hitam, sera dan
kaki kuning - hijau.
Kebiasaan
Berburu di sepanjang pinggir hutan, di atas hutan sekunder, dan daerah
terbuka. Biasanya berburu dari tenggeran di pohon, tetapi kadang - kadang
terbang berputar - putar untuk mengamati tanah di bawahnya dengan cara
terbang “
kepak - kepak - luncur” yang khas. Menyerang dengan agresif
pendatang yang mendekati sarang.
12. Elang Alap Besra ( Accipiter virgatus / Besra ) Temminck, 1822
Burung berukuran sedang, sangat mirip dengan Elang - alap Jepang kecuali
ukurannya yang lebih besar. Berbeda dengan saudaranya,
Elang - alap Besra
adalah reptor penetap yang jarang dijumpai di Pulau Jawa.
Ciri Khas
Berukuran sedang ( 33 cm ) mirip
Elang Alap Jambul tetapi lebih kecil dan tanpa jambul.
Warna jantan dewasa, tubuh bagian atas abu - abu gelap dengan ekor
bergaris tebal, tubuh bagian bawah putih dengan garis melintang coklat
dan sisi tubuh merah karat, tenggorakan putih dengan strip hitam di
tengah, strip kumis hitam.
Kebiasaan
Duduk tenang di hutan menunggu mangsanya. Sering terlihat bertengger di
pohon mati yang tinggi di hutan. Terbang mengitari teretori secara
reguler.
13. Elang Alap Jambul ( Accipiter trivirgatus / Crested Goshawk ) Temminck, 1824
Burung ketiga yang kembar dengan Elang - alap Besra dan Elang - alap Jepang.
Ukurannya paling besar diantara 2 saudaranya ( 40cm ), selain itu dia
juga berjambul yang terlihat ketika bertengger.
Ciri Khas
Tubuh tegap dengan
jambul yang jelas. Jantan dewasa :
tubuh bagian atas coklat abu - abu dengan garis - garis pada sayap dan
ekor, tubuh bagian bawah merah karat, dada bercoretan hitam, ada
garis - garis tebal hitam melintang pada perut dan paha yang putih.
Lehernya putih dengan setrip hitam menurun ke arah tenggorokan dan ada
dua setrip kumis.Remaja dan betina : seperti jantan dewasa, tetapi
coretan dan garis - garis melintang pada tubuh bagian bawah berwarna
coklat serta tubuh bagian atas coklat lebih pucat.
Kebiasaan
Berburu di tenggeran yang rendah di laut. Selalu tinggal di hutan lebat.
Pada waktu berbiak kadang - kadang memperlihatkan cara terbang yang
khas, yaitu
getaran sayap ( bulu putih pada sisi tubuhnya terlihat jelas ) berselang dengan luncuran pendek dalam lingkaran yang sempit.
14. Elang Ikan Kepala Abu ( Ichthyophaga ichthyaetus / Grey-headed Fish Eagle ) Horsefield, 1821
Berukuran besar ( 70 cm ), jarang terlihat. Di Jawa hanya tersebar di
kawasan Jawa Barat, pernah tercatat di Jawa Timur tapi belum ada catatan
baru.
Ciri Khas
Sayap membulat, berbeda dengan Elang - laut Perut - putih
yang kokoh. Berwarna abu - abu, coklat, dan putih. Dewasa: kepala dan
leher abu - abu, dada coklat; sayap dan punggung coklat gelap; perut,
paha, dan pangkal ekor putih; ujung ekor bergaris lebar hitam. Remaja:
bagian atas coklat kekuningan, bagian bawah bercoret coklat dan putih;
ekor coklat mengkilap dengan ujung bergaris hitam. Ekor pendek. Iris
coklat sampai kuning, paruh dan sera abu - abu, tungkai tanpa bulu, dan
kaki putih sampai kuning.
Kebiasaan
Sering mengunjungi daerah perairan, sungai danau, dan paya di hutan
dataran rendah. Menukik menerkam ikan ketika terbang atau dari posisi
bertengger di pohon.
Jarang terbang melayang - layang.
15. Elang Perut Karat
( Hieraaetus kienerii/ Rufous - bellied Eagle ) Geoggroy Saint Hilaire, 1835
Berukuran agak kecil, tersebar di hutan pegunungan. Jarang terlihat di
Pulau Jawa, namun penghuni tetap sampai ketinggian 1500 mdpl. Jambulnya
cukup unik ya?
Ciri Khas
Berwarna coklat kemerahan, hitam, dan putih, dengan jambul pendek.
Dewasa: mahkota, pipi, dan tubuh bagian bawah kehitaman; ekor coklat
dengan garis hitam tebal dan ujung putih. Dagu, tenggorokan, dan dada
putih bercoret hitam; sisi tubuh, perut, paha, dan bagian bawah ekor
coklat kemerahan dengan coretan hitam perut.
Pada waktu terbang terlihat
bercak bulat yang pucat pada pangkal bulu primer. Remaja: tubuh bagian
atas coklat kehitaman dengan bercak kehitaman pada mata. Alis dan
tubuh bagian bawah keputih - putihan. Iris merah, paruh kehitaman, sera dan kaki kuning.
Kebiasaan
Mendiami kawasan hutan di pinggir hutan, terlihat berputar - putar atau
meluncur rendah di atas pohon. Terbang mengitari teretori, menyerang
secara cepat mangsa di permukaan tanah atau di tajuk pohon, mirip dengan
Peregrine Falcon.
16. Sikep Madu Asia ( Pernis ptilorhynchus / Oriental Honey Buzzard ) Temnick, 1821
Si burung lucu dari Bumi belahan utara. mengunjungi Indonesia pada bulan
September - Desember, namun ada juga catatan ras penetap di Pulau Jawa.
Berukuran sedang ( 60cm ) dengan kepala yang kecil da panjang, ciri khas
Buzzard. Sering terjadi konflik antara burung ini dengan elang - elang
penetap seperti Elang Hitam.
Ciri Khas
Kepala kecil dan panjang, ekor sering membentuk kipas.
Berwarna hitam dengan jambul kecil. Warna sangat bervariasi dalam
bentuk terang, normal, dan gelap dari dua ras yang berbeda yang
masing - masing meniru jenis elang berbeda dalam pola warna bulu.
Terdapat garis - garis yang tidak teratur pada ekor. Semua bentuk
mempunyai tnggorokan berbercak pucat kontras, dibatasi oleh garis tebal
hitam,sering dengan garis hitam mesial. Ciri khas ketika terbang:
kepala relatif kecil, leher agak panjang menyempit, ekor berpola
. Iris jingga, paruh abu - abu, kaki kuning, bulu berbentuk sisik ( terlihat jelas pada jarak dekat ).
Kebiasaan
Sering mengunjungi hutan pegunungan. Ciri sewaktu terbang adalah
beberapa kepakan dalam yang diikuti luncuran panjang. Melayang tinggi
di udara dengan sayap datar. Mempunyai kebiasaan aneh yaitu merampas
sarang tawon dan lebah sesuai namanya. Dia juga sering memakan serangga.